Status apapun yang telah disandang oleh seorang muslimah, baik
sebagai seorang anak, ibu atau istri maka aktifitasnya dalam dunia
dakwah sudah menjadi suatu keniscayaan. Sebab dakwah ilallah adalah
kewajiban yang telah dipikul sejak masa Rasulullah saw. sampai saat ini.
Bahkan musliman di masa itu ikut andil dalam memikul beban dakwah.
Mereka
sadar bahwa mereka mempunyai kewajiban melaksanakan kewajiban untuk
melaksanakan dakwah sesuai dengan tabiat dan kemampuannya. Mereka
memahami betul makna dakwah dan berbagai tuntutannya, bahwa dakwah tidak
hanya ceramah-ceramah yang disampaikan kepada manusia tapi tugas yang
lain diabaikan. Dakwah bagi mereka adalah tabligh, amal dan sekaligus
jihad fi sabilillah di medan perang ketika situasi memang
mengharuskannya.
Pemahaman dakwah seperti inilah yang kita ingin hadirkan kembali.
Kita
tidak menghendaki semangat dakwah yang mengendor dan melemah setelah
melewati hari-hari awal berdakwah yang kita lalui dengan semangat juang,
dipenuhi dengan iman, kecintaan, persaudaraan dan pengorbanan. Namun
ketika berlalu masa yang panjang, kesibukan dalam rumah tangga, mengurus
anak, mencari rezeki, semua aktifitas di masa lalu hanya menjadi sebuah
kenangan indah, album lama yang apik disimpan.
Untuk dapat termotivasi lagi dalam menjalankan dakwah, maka kiat-kiat yang diperlukan:
1. Memahami tujuan hidup
Ibadah
kepada Allah adalah merupakan tujuan dari penciptaan kita, sehingga
apapun bentuk amal perbuatan itu dilakukan dengan kesadaran bahwa Allah
selalu berada bersama kita dan selalu mengawasi gerak-gerik kita.
2. Memahami kewajiban dakwah dan keutamaannya
Secara
hukum dakwah adalah kewajiban yang harus diemban bagi setiap muslim.
Pahami dengan mendalam QS. 16:25, 3:104-110 dan hadis-hadis shohih
seperti (Sampaikan dariku walaupun hanya satu ayat, HR. Ahmad, Bukhari
dan Tarmizi).
Memahami keutamaan dakwah, sehingga setiap muslim
yang menjalankannya akan memperoleh derajat yang tingggi di sisi Allah
dengan dikelompokkan ke dalam khairu ummah (ummat yang terbaik),
memperoleh pahala yang amat besar (Barangsiapa yang menunjukan pada
suatu kebaikan, maka baginya seperti pahala orang yang mengerjakannya,
HR.Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Tirmudzi), memperoleh keberuntungan, baik
dalam kehidupan dunia maupun di akhirat, memperoleh keberuntungan, baik
dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat sebagaimana sudah disebutkan
pada QS 3:104, terhindar dari laknat (lihat QS. 5:78-79), memperoleh
rahmat Allah (lihat QS 9:71)
3. Memahami nilai dunia dibandingkan akhirat
Dunia
bukanlah segala-galanya, oleh karena itu tidaklah pantas kita merasa
aman di dunia sementara tidak memiliki perbekalan yang memadai untuk
menghadap Allah, dan kita tentu tidak akan rela mengorbankan kehidupan
yang kekal abadi hanya untuk mencari kehidupan yang fana ini. Kalaulah
dalam menjalani kehidupan ini penuh dengan cobaan, musibah dan ujian,
namun pada dasarnya kita tidak akan hidup selama-lamanya di dunia ini
sebab dunia ini adalah penjara bagi orang yang beriman.
4. Meyakini dengan sepenuhnya konsep hari perhitungan (yaumul hisab)
Kesadaran
akan hari perhitungan, surga dan neraka akan memotivasi diri untuk
mengisi seluruh waktu dalam kehidupan beribadah dan berdakwah kepada
Allah, karena setiap amal sekecil apapun akan ada nilai dan
pertanggungjawaban di hadapan Allah, setiap amal adalah merupakan
investasi abadi.
5. Mengakrabi kehidupan dengan Al Qur’ab dan as-Sunnah serta berupaya untuk selalu berada di tengah orang yang sholeh
Dengan
merenungi ayat-ayat Allah akan dapat memberi semangat dalam memelihara
ketaatan dan meninggalkan segala bentuk kemaksiatan, apalagi didukung
dengan pergaulan bersama orang-orang yang sholeh. Upayakan untuk selalu
hadir dalam pertemuan rutin pekanan, niatkan sepenuhnya hanya karena
Allah walaupun terdapat kekurangan di dalam pertemuan tersebut, paling
tidak niat silaturrahimnya sudah terpenuhi.
6. Menghindarkan diri dari semua bentuk kemaksiatan dan dosa-dosa kecil
Karena
sekecil apapun perbuatan maksiat dilakukan, akan dapat mempengaruhi
hati dan ketaatan pada Allah. Karena pada dasarnya iman itu naik dan
turun, naik dengan melaksanakan ketaatan pada Allah, dan turun karena
melakukan maksiat padaNya.
7. Mengingat bahwa kematian itu datang secara mendadak
Hal
ini akan mendorong kita untuk berlomba-lomba melakukan ketaatan
kepada-Nya, karena ajal itu datang tanpa diundang. Alangkah indahnya
apabila Alah memanggil kita dalam keadaan melaksanakan tugas dakwah,
sehingga mendapatkan Husnul Khotimah.
8. Memohon pertolongan dan bantuan Allah
Senantiasa
berdoa padaNya: Allahumma a’inni ‘ala zikrika wa syukrika wa husni
‘ibaadatika (Ya Allah Bantulah aku (senantiasa) dalam mengingatMu,
mensyukuri (segala nikmatMu), dan dalam menyempurnakan ibadah-ibadahku
padamu).
Mensyukuri nikmat Allah berupa hidayah adalah
dengan berdakwah kembali menyebarkan nilai-nilai hidayah yang telah kita
peroleh, itulah realisasi rasa syukur kepada Allah sehingga kita dapat
menyempurnakan ibadah-ibadah kita hanya kepadaNya.
Seorang Muslim Dalam Dakwah
Written By Unknown on Saturday, April 25, 2015 | 12:52 PM
Label:
motipasi
Post a Comment