Headlines News :
السلام عليكم ورحمة الله وبر كا ته "ALAM INI ADALAH MAHA KARYA TUHAN YANG SENTIASA BERBICARA DENGAN MANUSIA TENTANG KEAGUNGAN PENCIPTANYA..MENGAPA KITA HANYA MELIHAT NIKMAT,TETAPI MELUPAKAN PEMBERI NIKMAT?MENGAPA KITA MEMUJI ALAM TETAPI TIDAK MEMUJI PENCIPTANYA?ALLAH ITU DEKAT,TETAPI KITALAH YANG SERING MENJAUH.."

Member Aktif

kenangan santri Pondok Pesantren Al Idrisy

Renungan Harian

RENUNGAN HARIAN ISLAMI

Hai saudara sesama muslim! Aku pengen ngasih tau kamu-kamu semua soal beberapa renungan harian yang bisa kamu gunain untuk menjalani kehidupan sehari-harimu karena setiap harinya kita semua gak luput dari kesalahan. Islami tentunya. Akan lebih indah rasanya jika kita mengetahui SEKECIL apa pun kesalahan kita. Jika kita perbaiki, diri kita akan terasa menjadi SEMPURNA. Iya enggak???  
Di bawah ini, sudah ada renungan untuk topik. Let’s see!

A.    Iman
1.       “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal.”
-QS. 8: 2-
2.       “Ada tiga hal, barangsiapa yang di dalam dirinya terdapat semuanya, akan merasakan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya paling dicintainya melebihi semua hal selain keduanya, mnyukai seseorang semata-mata karena Allah, membenci kembali pada kekafiran sebagaiman bencinya untuk dilemparkan ke falam neraka.”
 -Nabi Muhammad SAW-
3.       “Seorang mukmin hidup di dunia bagaikan seorang tawanan yang sedang berusaha membebaskan dirinya dari penawanan dan ia tidak akan merasa aman kecuali apabila ia telah berjumpa dengan Allah SWT.”
-Hasan Al-Bashri-
4.       “Jika tidak menyandang Islam, bagaimana mungkin kalian beriman? Jika tidak beriman, bagaimana mungkin kalian yakin? Jika tidak yakin, bagaimana mungkin kalian mengetahui dan mengenal Allah?”
 -Abdul Qadir Al-Jilani-
5.       “Kesulitan mungkin akan menyentuh orang-orang yang beriman, tetapi kesulitan itu tidak akan memengaruhi orang yang berdzikir.”
-Abu Ahmad As-Sughuri-
6.       “Betapa indahnya Islam jika dihiasi dengan iman, betapa indahnya iman jika dihiasi dengan takwa, betapa indahnya takwa jika dihiasi dengan ilmu, betapa indahnya ilmu jika dihiasi dengan amal, dan betapa indahnya amal jika dilandasi dengan kasih sayang.”
 -Raja’ bin Haiwah-
7.       “Setiap orang mukmin dalam semua keadaannya, harus mempunyai salah satu dari tiga perkara: 1. perintah yang dilaksanaknnya; 2. larangan yang ditinggalkannya; dan 3. takdir yang diridhainya.”
 -Abdul Qadir Al-Jilani-
8.       “Yang menyeret pada kesulitan besar hanyalah syirik, dan yang menyelamatkan dari kesulitan hanyalah tauhid.”
 -Ibnul Qayyim Al-Jauziyah-
9.       “Ada empat hal yang dapat mengangkat seseorang pada derajat tinggi, walaupun amal dan ibadahnya sedikit, yaitu sifat penyantun, rendah hati (tawadhu’), pemurah, dan berbudi pekerti yang baik. Itulah kesempurnaan iman.”
-Abul Qasim Al-Junaid-
10.   “Ada dua perkara yang jika Anda amalkan, Anda akan mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat: menerima sesuatu yang tidak Anda sukai, jika sesuatu itu disukai Allah SWT. Dan membenci sesuatu yang Anda sukai, jika sesuatu itu dibenci oleh Allah SWT.”
-Abu Hazim-
11.   “Cegahlah tiga perkara dengan tiga perkara yang lain sehingga engkau benar-benar termasuk orang yang beriman, yaitu takabur dengan tawadhu’, rakus dengan qana’ah, dan hasud dengan sikap santun.”
-Malik bin Dinar-
12.   “Apa pun yang engakau bayangkan tentang Allah, Dia bertempat, berwarna, berpenjuru, bergerak, atau diam maka semua itu pasti bukan Allah SWT karena sifat-sifat tersebut adalah sifat makhluk.”
-Abu Yazid Al-Bustami-
13.   “Ketika para sahabat  Rasulullah meninggalkan rumah dan harta benda demi meraih ridha-Nya, Allah menggantinya dengan menaklukkan seluruh dunia untuk mereka. Ketika Yusuf tabah dalam kesempitan penjara, Allah memberinya kekuasaan di bumi, yang ia tempati sekehendak hatinya.”
-Dr. Khalid Abu Syadi-
14.   “Sinar mata batin membuatmu menyaksikan dekatnya Allah denganmu. Dan mata batin membuatmu menyaksikan ketiadaanmu karena keberadaan-Nya. Dan hakikat mata batin membuatmu menyaksikan keberadaan-Nya, bukan ketiadaanmu ataupun keberadaanmu.”
-Ibnu Atha’ illah-
15.    “Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi Allah, hendaklah dia mengamati bagaimana kedudukan Allah dalam dirinya. Sesungguhnya Allah menempatkan hamba-Nya dalam kedudukan sebagaimana dia menempatkan kedudukan Allah dalam dirinya.”
-Nabi Muhammad SAW-
16.   “Orang-orang yang celaka dengan segala pengertiannya adalah mereka yang rugi dari perbendaharaan iman dan tabungan keyakinan.”
-Dr. Aidh Al-Qarni-
17.   “Hari yang paling baik adalah hari saat engkau pergi meninggalkan dunia dan kembali kepada Allah dalam keadaan beriman kepada-Nya.”
-Ali bin Abi Thalib-
B.    Ilmu
18.   “Allah menganugerahkan al-hikmah (kepahaman yang dalam tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).”
-QS. 2: 269-
19.   “Manusia lebih membutuhkan ilmu daripada makan dan minum.”
-Imam Ahmad Hanbal-
20.   “Ilmu itu cahaya (nur). Ia tidak akan jinak kecuali dalam hati yang khusyuk dan takwa.”
-Imam Malik-
21.   “Kebaikan di dunia adalah rezeki yang baik dan ilmu, sedangkan kebaikan di  akhirat adalah surga.”
-Sufyan Ats-Tsauri-
22.   “Berjaga malam untuk menekuni ilmu, lebuh nikmat bagiku daripada lagu merdu dan bau wewangian. Goresan penaku di tengah lembaran kertas, terasa lebih indah daripada khayalan.”
-Imam Syafi’i-
23.   “Orang bodoh meninggal sebelum kematiannya. Orang pandai tetap hidup setelah kematiannya.”
-Al-Hasan Al-Marghibani-
24.   “Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan, tetapi ilmu bertambah bila dibelanjakan.”
-Ali bin Abi Thalib-
25.   “Tidak ada suatu amal perbuatan yang lebih utama daripada menuntut ilmu kalau niatnya benar.”
-Sufyan Ats-Tsauri-
26.   “Sebaik-baik ilmu adalah yang menumbuhkan rasa takut kepada Allah.”
-Ibnu Atha’illah-
27.   “Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.”
-Umar bin Khathab-
28.   “Ilmu itu laksana cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang-orang yang berbuat kemaksiatan.”
-Imam Syafi’i-
29.   “Sesungguhnya tak seorang pun dilahirkan berilmu. Sebab, ilmu diperoleh dengan belajar.”
-Abdullah bin Mas’ud-
30.   “Jika kamu bertemu dengan mereka di tempat berbeda atau dalam suatu masjid, kemudian dilontarkan beberapa masalah dan ternyata apa yang disampaikan itu berbeda dengan pendapatmu, jangan berkomentar. Tetapi jika kamu ditanya, lalu kamu mendeskripsikan apa yang diketahui mereka, lalu kamu berpendapat selain itu, dengan mengatakan masalah ini begini, dengan alasan begini, jika mereka mendengarkan apa yang kamu sampaikan itu, mereka akan segera menilai kedudukan dan kredibilitasmu.”
-Nasihat Abu Hanifah kepada Yusuf bin Khalid-
31.   “Berteman dengan orang bodoh yang tidak mengikuti hawa nafsunya adalah lebih baik daripada berteman  dengan orang pintar yang menyukai hawa nafsunya.”
-Ibnu Atha’illah-
32.   “Salah satu tugas agama adalah memelihara akal. Memelihara akal adalah dengan jalan menambah ilmu, melatih diri untuk berpikir, dan merenungkannya.”
-Hamka-
33.   “Orang yang melewati satu hari tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardhu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan, ia telah durhaka kepada harinya dan menganiaya terhadap dirinya,”
-Yusuf Al-Qaradhawi-
34.   “Ilmu seorang munafik ada pada lidahnya, sdangkan ilmu seorang mukmin ada pada amalannya.”
-Abdullah bin Al-Mu’taz-
35.   “Dengan ilmu, kehidupan menjadi mudah. Dengan seni, kehidupan menjadi halus. Dan dengan agama, hidup menjadi terarah dan bermakna.”
-Dr. Mukti Ali-
36.   “Tidak ada kebaikan dalam ibadah tanpa pemahaman, dan tidak ada kebaikan dalam bacaan tanpa perenungan.”
-Ali bin Abi Thalib-
37.   “Setelah saya memperhatikan, hanya sedikit para ulama dan kalangan terpelajar yang mempunyai kesungguhan. Di antara tanda kesungguhan adalah mencari ilmu untuk beramal, sementara kebanyakan dari mereka menjadikan ilmu hanyalah sebagai alat untuk mencari pekerjaan dan mengejar kedudukan. Mereka berbondong-bondong mencari ilmu agar diangkat menjadi hakim atau hanya ingin membuat dirinya sekadar berbeda dari orang lain dan merasa cukup dengan hal itu.”
-Ibnul Qayyim Al-Jauziyah-

Saudara-saudaraku semua, segini dulu ya bahan renungan yang saya kasih. Ini baru 2 topik pertama. Untuk topik selanjutnya insya Allah lebih menarik. Tunggu tanggal mainnya. OKE?
@Rhyadi

Strategi Menghadapi Akreditasi

Kamis pagi kira-kira jam 08.30 Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Tsanawiyah Tahfizh Al-Idrisy menggelar Rapat pembagian tugas untuk menyiapkan tameng dan starategi melawan akreditasi madrasah yang akan di tempuh, Kepala Madrasah Aliyah(Muhammad Paozi, S.Ag)menyampaikan pembukaan dan meberi gambaran cara menghadapi akriditasidan dan mengusulkan kepada semua dewan asatizh untuk  membagi 27 Ustad yang mengajar di  Pondok Pesantren Al-idrisy menjadi delapan Kelompok karna di dalam akriditasi yang perlu di pertanggung jawabkan hanya delapan setandar. , namun setelah selesai penyampaian kepala madrasah tersebut ada  sebagian guru yang tidak setuju dengan alasan  kalau di bagi seperti ini banyak guru yang akan bingung mengerjakan tugas standarnnya, begini aja guru-guru bisa di bagi kelompok yyang seperti bapak usulkan tapi untuk hari pertama kita kerjakan bersama sebagai pengajaran kepada guru-guru yang belum sama sekali menghadapi akriditasi, nah kalau kelihatannya semua guru udah pada ngerti atau bisa berjalan lancar baru kita mulai aktipkan kelompok yang bapak bagikan kepada kami, akhirnya pedapan ustad di tadi di setujui masing masing guru, dan kepala madrasah sebgai amir dari rapat tersebut lansung membacakan masing masing anggota kelompok.(arief)

Sekilas Menghayati Kehidupan.

Tiada Tuhan Melainkan Allah. Maha Suci Allah..Segala Puji bagi Allah..Allah Maha Besar!
-In The Name Of Allah-

Aku bukan insan yang sudah cukup lama hidup di muka bumi. Aku juga bukan insan yang arif dalam hal duniawi apatah lagi akhirat. Tetapi aku juga manusia biasa yang mempunyai kehidupan. Sekilas aku melihat, manusia tidak pernah lekang dari ujian Allah.

Ujian Allah ada bermacam bentuk, ada yang diuji dengan kekayaan. Sememangnya manusia mana yang tidak berasa suka dan gembira dengan nikmat kemewahan yang diberikan. Sayang sekali ada yang bongkak, angkuh dan membangga diri dengan kemewahan atau nikmat yang Allah anugerahkan. Namun tidak semua begitu. Manusia yang tahu bersyukur, pasti kemewahan itu diuruskan dengan sebaik-baiknya ke jalan Allah. Itu juga adalah ujian Allah terhadap hamba-Nya yang beriman.

Sesungguhnya, setiap orang yang beriman akan diuji oleh Allah dengan ujian yang tidak pernah diduga. Paling perit apabila, manusia itu diuji dengan musibah atau bencana yang sangat berat untuk diterima dan ditempuh. Semestinya saat diuji, kesabaran yang tinggi amat diperlukan. Pada waktu itulah, kita memerlukan sokongan keluarga, saudara dan sahabat handai yang paling akrab untuk memberikan sokongan.
Sudah menjadi lumrah manusia, kita akan menangisapabila merasakan ujian Allah itu tidak tertanggung. Ingin sahaja hati ini memberontak. Tetapi ingatlah kembali, sesungguhnya kita hanya hamba yang lemah. Pada suatu ketika, kita akan berada di atas, di mana kita tidak tahu bersyukur dan tidak berfikir dari mana datangnya kesenangan itu, pastinya kita berada dalam kerugian kerana melupakan Allah yang memberi segala nikmat.
Pada suatu ketika, kita akan berada di bawah. Saat Allah menarik kembali kesenangan yang diperolehi maka pada saat itu, kita manusia akan menadah tangan kepada Allah dan bertanya mengapa derita diberikan kepada kita. Pada saat itulah baru kita ketahui wujudnya Allah sebagai Tuhan yang berkuasa dalam menentukan segalanya.
Ketahuilah, setiap yang terjadi mempunyai sebab dan semestinya perkara yang telah terjadi akan mempunyaihikmahnya yang tersendiri. Sesungguhnya manusia tidak tahu apa yang terbaik disediakan untuk manusia yang lain. Tetapi, Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita berbanding diri kita sendiri. Kerap kali kita akan mengeluh memikirkan takdir yang menimpa diri, kesedihan akan mula menguasai diri, kemalasan menguasai diri dan berasa malas untuk bangun meneruskan kehidupan, sehinggakan terkadang melupakan tanggungjawab ibadah solat terhadap Allah S.W.T.
Percayalah, Allah akan menurunkan sesuatu ujian bertepatan dengan kemampuan hamba-Nya. Setiap kita pernah merasai kesusahan, kesedihan, di mana kita sendiri merasa sukar untuk diri kita sembuh setelah berlakunya bermacam perkara yang melunturkan semangat kita. Sebagai manusia yang dikurniakan akal, sebagai pesanan untuk diri sendiri juga, semestinya kita perlu berfikir, mengapa Allah menguji kita sebegitu rupa? Jawabnya tidak lain, itulah tandanya Allah masih sayangkan kita dan supaya kita sentiasa ingat kepada-Nya. Cuba kita imbas kembali, berapa banyak kita mengingati-Nya? Dengan kerja yang berlambak, soal keduniaan kerapkali menjadi keutamaan. Allah sentiasa mengingati kita, tetapi kita lalai mengingatinya.
Allah mahu kita berfikir. Kita sendiri tahu, setiap yang berlaku tersimpan pengajaran. Maka jadikanlah pengajaran itu sebagai pedoman di masa akan datang. Mungkin hari ini kita dalam kesedihan dan kesusahan, tetapi akan tiba masanya Allah akan memberikan kita kesenangan dan kebahagiaan yang kita sendiri tidak pernah jangka. Teruskanlah berdoa kepada-Nya, berserah kepada-Nya setelah berusaha.
Sesungguhnya Allah itu Maha Mendengar doa hamba-Nya yang berada dalam kesusahan. Sesungguhnya Allah itu Maha Adil dan percayalah bahawa janji Allah itu pasti. Dalam apa-apa keadaan pun, ingatlah Allah sebagai tempat pergantungan kita yang mutlak. Tanpa izin-Nya tidak akan terjadi apa yang kita mahukan. Hiduplah untuk mendapatkan keredhaan-Nya. Moga hati kita menjadi tenang dalam menempuh segala jenis ujian yang diturunkan oleh-Nya.
Semoga hidup kita sentiasa diberkati dan mendapat rahmat yang berpanjangan dari-Nya. Sesungguhnya manusia itu tidak lekang dari melakukan kesalahan, maka selaku sudara sesama Islam, berpesan-pesanlah kita sesama umat manusia. Jika ada hati yang merintih, mengadulah kepada-Nya dan kita di dunia laksanakanlah amanah sesama umat, bantu selagi terdaya kerana sebaik-baik manusia adalah manusia yang membuat kebaikan demi mendapat keredhaan Allah.
Segala keburukan datangnya dari diri ini, tiada niat untuk berbangga diri. Tiada niat menunjuk hanya sekadar berkata-kata, kerana aku juga manusia biasa yang belajar dari kehidupan di bawah naungan Pencipta. Semoga beroleh manfaat dan maafkanlah andai tersilap kata dan menyinggung rasa kerana kebaikan dan kesempurnaan mutlak itu datangnya dari Allah S.W.T. Marilah bersama-sama menghayati erti kehidupan dan fikirlah betapa Allah itu sentiasa ada untuk makhluk ciptaan-Nya sama ada semasa susah dan senang. Wallahua'alam.

Dakwah adalah cinta dan cinta akan meminta segalanya darimu..

Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai fikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di saat lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai.
Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedut kekuatan pada diri. Hingga tulang belulangmu, daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yang luluh diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.
Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Baginda memang akan tua juga. Namun kepalanya beruban kerana beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.
Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Beliau memimpin hanya sebentar. Namun kaum muslimin sangat terkesan dengannya. Tidak ada lagi orang miskin yang boleh diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sukar membayangkan sekeras apa seorang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai gugur. Hanya dalam 2 tahun beliau sakit parah kemudian meninggal. Dan memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.
Dan di akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin al-Khattab juga terlihat terkoyak-koyak hingga kepalanya menjadi botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelaskan dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang soleh, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya ketika solat.
Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.
Tidak! Justeru kelelahan. Apalagi rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih "tragis". Justeru kerana rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani kerana rasa sakit itu selalu mengintai ke mana-mana mereka pergi yang akhirnya menjadi adaptasi biasa.
Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada. Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak dirasa lagi sebagai luka. Hingga "hasrat untuk mengeluh" tidak lagi terlalu menggoda berbanding jihad yang begitu aman, selesa apalagi berkecukupan.
Begitupun Umar. Apabila Rasulullah wafat, beliau histeria. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada Abu Bakar. Namun beliau seringnya "ditinggalkan", hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam suntikan bagi iman.
Dakwah itu tiada henti melainkan mati!
Janganlah keselesaan yang dimiliki melupakan diri hingga membiarkan mereka yang lainnya bersendirian bergelumang dalam lumpur kumuh membaiki moral ummat hingga dirimu berada di dalam lingkungan kelompok empukmu sahaja.
Sedarlah wahai para kader-kader di Jalan Allah!!
“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
-Sungguh kalau iman dan syaitan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya harus mengalah-
Salam Perjuangan,
Moga Ada manfaatNya, insya`allah.
Lillahi Ta`ala
di ambil dari
http://wanienazri.blogspot.com/2011/10/dakwah-adalah-cinta-dan-cinta-akan.html

BERDAKWAH DI JALAN ALLAH

عَنْ أَبي هرَيْرَةَ t، عَنْ رَسولِ اللّهِ- r- قَالَ: قَالَ سلَيْمَان بْن دَاودَ عَلَيهِمَا السَّلَام: لأَطوفَنَّ اللَّيْلةَ عَلَى مِائة امْرَأَةٍ -أَوْ تِسْعٍ وتسعِينَ- كلهنَّ يَأْتي بِفَارِسٍ يجَاهِد فِي سَبيلِ اللّهِ. فَقَالَ لَه صَاحِبه: قلْ: إِنْ شَاءَ الله. فَلَمْ يَقلْ إِنْ شَاءَ اللّه، فَلَمْ تَحْمِلْ منْهن إِلا امْرَأَة وَاحِدَة جَاءَتْ بشِقِّ رَجلٍ. وَالَّذِي نَفْس محَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ قَالَ: إِنْ شَاءَ اللّه، لَجَاهَدوا فِي سبِيلِ اللّهِ فرسَانا أَجْمَعونَ.
وفي رواية: فَقَالَ لَه المَلَك: قلْ إِنْ شَاءَ اللّه، فَلَمْ يَقلْ وَنَسِيَ، فَأَطَافَ بِهِنَّ وَلَم تَلِدْ مِنْهنَّ إِلا امْرَأَة نِصْفَ إِنْسَانٍ فَقَالَ النَّبيّ r: لَوْ قَالَ “إِنْ شَاءَ اللّه”، لَمْ يَحْنثْ وَكَانَ أَرْجَى لِحَاجَتِهِ.
وفي رواية: فَقَالَ لَه صَاحِبه: قَالَ سفْيَان: يَعني الْمَلَكَ، قلْ إِنْ شَاءَ اللّه فَنَسِيَ. وفيها: لَوْ قَالَ إِنْ شَاءَ اللّه لم يَحْنَثْ وَكَانَ دَرَكا له فِي حَاجَتِهِ.
Dari Abu Hurairah –radhiyallaahu ‘anhu-, dari Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, bahwa beliau bersabda, Sulaiman bin Daud berkata, ‘Sungguh pada malam hari ini aku akan menggilir seratus isteri (atau sembilan puluh sembilan). Setiap dari mereka akan melahirkan pasukan berkuda yang siap berjuang di jalan Allah.’ Maka shahabatnya berkata kepadanya, ‘Ucapkanlah insyaAllah (jika Allah menghendaki).’ (Akan tetapi) dia lupa untuk mengucapkan insyaAllah, maka tidak ada seorangpun yang hamil dari isterinya melainkan hanya satu saja yang melahirkan separuh orang. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, seandainya dia (Sulaiman) mengucapkan insyaAllah, sungguh (anak-anaknya) akan menjadi pasukan berkuda yang siap berjihad di jalan Allah. [1]
Dalam riwayat yang lain dikatakan,
Maka seorang malaikat berkata kepadanya, ‘Ucapkanlah insyaAllah.’ (Akan tetapi) dia (Sulaiman) tidak mengucapkannya karena lupa. Maka kemudian ia menggilir isteri-isterinya dan dari mereka tidak ada yang melahirkan kecuali seorang perempuan setengah manusia. Maka Nabi mengatakan, Seandainya ia mengucapkan insyaAllah, dan tidak melanggar sumpahnya, maka keperluannya lebh bisa ia harapkan. [2]
Dalam riwayat lain pula dikatakan,
Maka shahabatnya mengatakan, (sebagaimana diriwayatkan oleh Sufyan),‘Ucapkanlah insyaAllah, akan tetapi dia lupa. Dan dalam riwayat tersebut dikatakan,Seandainya dia (Sulaiman) mengucapkan insyaAllah dan tidak melanggar sumpahnya, maka kebutuhannya bisa ia capai.[3]
URAIAN PEMBAHASAN
Dari hadits di atas, maka kita dapat mengambil beberapa pelajaran yang berkaitan dengan permasalahan dakwah, diantaranya:
Sifat-sifat da’i.
–   Meluruskan niat dalam beramal.
Niat yang benar merupakan seagung-agung sifat yang terpuji. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, yaitu perkataan Nabiyullah Sulaiman –‘alaihi as-salaam-,
كلهن يأتي بفارس يجاهد في سبيل اللّه.
Setiap dari mereka akan melahirkan pasukan berkuda yang siap berjuang di jalanAllah.
Imam Abu Hamzah –rahimahullaahu ta’ala- menjelaskan, “Salah satu faedah dari hadits tersebut adalah bahwa Nabi Sulaiman mengatakan seperti itu karena kuatnya harapan dan niatnya yang lurus.”
Hal ini menunjukkan bahwa niat seorang mukmin akan lebih sampai kepada tujuan dari perbuatan yang dikerjakannya apabila dirinya meniatkan ikhlas lurus hanya mengharap keridha’an Allah –subhaanahu wa ta’ala-. Terlebih lagi bagi seorang da’i di jalan Allah, pertama-tama yang harus ia perhatikan adalah niat. Wajib baginya agar mengikhlaskan dakwahnya hanya karena mengharapkan ridha Allah –subhaanahu wa ta’ala-.
– Memiliki semangat berjihad dan berjuang di jalan Allah, sebagaimana paranab–‘alaihimu as-salaam-.
Sesungguhnya para nabi –‘alaihimu as-salaam- adalah golongan manusia yang memiliki semangat yang luar biasa dalam berjihad di jalan Allah –subhaanahu wa ta’ala-demi menegakkan kalimat Allah –subhaanahu wa ta’ala- di muka bumi ini. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh Sulaiman –‘alaihi as-salaam-Sungguh pada malam hari ini aku akan menggilir seratus isteri (atau dikatakan -sembilan puluh sembilan-). Setiap dari mereka akan melahirkan pasukan berkuda yang siap berjuang di jalan Allah.
Kata-kata yang beliau ucapkan tersebut menandakan semangatnya yang begitu besar untuk berjihad di jalan Allah –subhaanahu wa ta’ala-, karena tujuan utama Nabi Sulaiman –‘alaihi as-salaam-menggilir para isterinya agar terlahir dari mereka para mujahid yang siap berperang di jalan Allah –subhaanahu wa ta’ala-, bukan semata-mata untuk tujuan yang bersifat duniawi. Walaupun pada kenyataannya Allah –subhaanahu wa ta’ala- tidak mengabulkan do’anya tersebut disebabkan beliau tidak mengucapkan insyaAllah.
Maka sebagai seorang da’i di jalan Allah , hendaknya kita memiliki semangat untuk berjihad dan berjuang di jalan Allah dalam rangka menegakkan agama ini di muka bumi dan menjadikan niatnya yang lurus sebagai i’dad (upaya persiapan) untuk melaksanakan jihad di jalan Allah –subhaanahu wa ta’ala-. Sebagaimana Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- pernah bersabda,
مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
Barangsiapa yang mati dan belum pernah berperang dan tidak terdetik dalam dirinya (keinginan untuk berperang), maka ia mati di atas cabang kemunafikan. [4]
– Beramal dengan sebab-sebab untuk mencapai tujuan dengan tidakmeniadakan sikap tawakal kepada Allah –subhaanahu wa ta’ala-.
Tidak diragukan lagi bahwa beramal dengan sebab-sebab yang dapat membantu seseorang mencapai suatu tujuan yang diharapkan adalah suatu keharusan. Akan tetapi disamping beramal dengan berbagai sebab-sebab tersebut, diharuskan bagi seorang muslim agar menyandarkan dirinya kepada Allah –subhaanahu wa ta’ala-yaitu bertawakal kepadanya.
Sebagaimana apa yang dilakukan oleh Nabi Sulaiman –‘alaihi as-salaam-. Beliau mengerjakan perbuatan yang menjadi salah satu sebab untuk mendapatkan keturunan, yaitu dengan menggilir isteri-isterinya.
Maka satu hal yang perlu diperhatikan dengan seksama oleh seorang da’i di jalan Allah -subhaanahu wa ta”ala- agar melakukan sebab-sebab yang dapat membantu dalam mensukseskan dakwahnya di jalan Allah dengan tidak meninggalkan rasa tawakal kepada Allah –subhaanahu wa ta’ala- semata. Karena Dialah yang Maha Penolong bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.
– Teliti dan cermat dalam menukil sebuah hadits, sebagaimana yang dilakukanulama salaf.
Hadits di atas juga menunjukkan tentang perhatian salafush Shalih dalam menukil dan menyampaikan sebuah hadits. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits di atas tentang perkataan Sulaiman –‘alaihi as-salaam-,
لأطوفن الليلة على مائة امرأة- أو تسع وتسعين
Sungguh pada malam hari ini aku akan menggilir seratus isteri (atau sembilan puluh sembilan).
Imam Abu Hamzah –rahimahullaahu ta’ala- mengatakan, “Perawi hadits ragu-ragu yang mana dari dua riwayat tersebut yang merupakan perkataan Rasulullah.”
Dari sini jelas, bahwa menghafal dan menguasai sebuah hadits dan menukil dengan cermat adalah hal yang sangat penting bagi seorang da’i yang berdakwah di jalan Allah –subhaanahu wa ta’ala-. Sebagaimana hal ini dilakukan oleh generasi salaful ummah.
–    Mengatakan insyaAllah ketika ingin melakukan pekerjaan pada masamendatang.
Hadits di atas menunjukkan bahwa salah satu hal yang sangat pentingnya bagi seorang muslim adalah mengucapkan insyaAllah ketika akan mengabarkan tentang perbuatannya yang akan dilakukannya pada waktu yang akan datang atau ketika akan memberikan kepastian kepada saudaranya.
Dalam hadits di atas dikisahkan seorang Nabiyullah, Sulaiman –‘alaihi as-salaam-yang lupa mengucapkan insyaAllah ketika dia akan mengerjakan sesuatu pada waktu yang akan datang. Maka Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- kemudian bersabda,Demi jiwaku yang berada di tangan-Nya, seandainya dia (Sulaiman) mengucapkan insyaAllah, sungguh (anak-anaknya) semuanya akan berjihad di jalan Allah. Dalam riwayat yang lain disebutkan, “Seandainya dia mengucapkan insyaAllah dan tidak melanggar sumpahnya, maka kebutuhannya bisa ia capai.
Dalam hal ini Allah –subhaanahu wa ta’ala- telah memerintahkan kepada kita dengan firman-Nya,
وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا, إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ ,
Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu, “Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut), ‘Insya Allah’ . Dan ingatlah kepada Tuhanmu jika kamu lupa…” (QS. al-Kahfi : 23 – 24).
Maka jelaslah, bahwa mengucapkan insyaAllah merupakan salah satu adab yang sangat penting yang tidak boleh diremehkan oleh seorang da’i sehingga hal itu perlu untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Metode dakwah.
–    Kisah-kisah
Kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih merupakan salah satu metode dakwah yang sangat penting. Karena di dalamnya mengandung pengaruh dalam jiwa seseorang.
Sebagaimana hal ini terdapat pada hadits di atas, yakni Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-mengisahkan kepada kita tentang Nabiyullah Sulaiman –‘alaihi as-salaam-dan tentang kehendak Allah –subhaanahu wa ta’ala-.
Maka diharapkan bagi seorang da’i agar memperhatikan metode dakwah ini dan menerapkannya dalam dakwahnya karena di dalamnya terdapat banyak faedah yang sangat penting.
–  Memperkokoh sesuatu dengan sumpah.
Memperkuat perkataan dengan sumpah merupakan salah satu metode dakwah yang penting untuk menyampaikan suatu maksud kepada seseorang dan mengokohkan dalam hati dan menjadikan seseorang lebih percaya.
Dalam hadits di atas, Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
والذي نفسي بيده لو قال إن شاء اللّه لجاهدوا في سبيل اللّه
Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, seandainya dia (Sulaiman) mengucapkan insyaAllah, maka sungguh (anak-anaknya) akan berjihad di jalan Allah.
Begitu pula apa yang dikatakan oleh Nabi Sulaiman –‘alaihi as-salaam-,
لأطوفن الليلة على مائة امرأة
Sungguh pada malam hari ini aku akan menggilir seratus isteri.
Maka bagi seorang da’i agar memperhatikan metode ini dalam berdakwah di jalan Allah –subhaanahu wa ta’ala- dalam kondisi yang dibutuhkan.
Sasaran dakwah.
Memberikan peringatan kepada orang yang lupa walaupun kepada orang yangberkedudukan tinggi.
Hal ini merupakan tugas yang penting bagi seorang da’i. Sebagaimana dikisahkan dalam hadits, bahwa seorang malaikat yang menjadi tentara Nabi Sulaiman –‘alaihi as-salaam-, memberikan peringatan kepada Nabi Sulaiman –‘alaihi as-salaam- ketika beliau tidak mengucapkan insyaAllah. Malaikat tersebut mengatakan, ‘Katakanlah insyaAllah.’ Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memberikan peringatan bagi orang yang lupa walaupun dirinya adalah orang yang terhormat, berpengaruh dan agung di kalangan manusia.
Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- telah pernah bersabda,
إنمــا أنا بشر مثلكم أنسى كمــا تنسون فإذا نسيت فذكروني
Sesungguhnya aku hanyalah manusia biasa sebagaimana kalian. Aku bisa saja lupa sebagaimana kalian juga lupa, maka jika aku lupa berikanlah peringatan kepadaku.”[5]
Dan telah diketahui bahwa Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam- adalah sebaik-baik manusia, beliau pula telah diampuni dosa-dosanya oleh Allah –subhaanahu wa ta’ala-, baik yang telah lalu maupun yang akan datang (ma’shum).
Maka diharapkan bagi setiap da’i yang benar-benar ikhlas berdakwah di jalan Allah –subhaanahu wa ta’ala- pada khususnya, juga kepada setiap orang yang mengaku dirinya muslim pada umumnya agar memberikan peringatan kepada orang yang lupa walaupun dirinya merupakan orang yang terpandang dan memiliki kedudukan di tengah-tengah manusia. Karena hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting dan manfaat-manfaat yang banyak.
فذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.  (QS. al-Dzariyat : 55).
REFERENSI
Al-Qur’an al-Karim
Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shahihu al-BukhaariBeirut: Daar al-Fikr, 1998.
Imam al-Nawawi, al-Minhaj (Syarhu Shahih Muslim bin Hajjaj)Beirut: Daar al-Maghfirah, 1999, cet. Ke-6.
Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats, Sunan Abu DawudRiyadh: Baitu al-Afkar al-Dauliyah.
Sa’id bin ‘Ali Wahb al-Qahthani, Fiqhu Dakwah fii Shahiih al-Imam al-Bukharial-Maktabah al-Syamilah.

[1] HR. al-Bukhari, dalam kitab: Hadits-Hadits Tentang Para Nabi, bab: Firman Allahta’ala: ( وَوَهَبْنَا لِدَاودَ سلَيْمَانَ نِعْمَ الْعَبْد إِنَّه أَوَّاب]Dan juga dalam kitab: Sumpah dan Janji, bab: Bagaimana Sumpah Nabi (no. 6639), dalam kitab: Kafarat Sumpah, bab: Pengecualian dalam Sumpah, (no. 6720), dalam kitab: Tauhid, bab: Kehendak dan Kemauan, (no. 7469). Muslim dalam syarah-nya karya Imam an-Nawawi –rahimahullaahu ta’ala-, dalam kitab: Sumpah, bab: Pengecualian, (no. 4261, 4262, 4263, 4264).
[2] HR. al-Bukhari dalam kitab: Nikah, bab: Perkataan Seseorang, “Sungguh aku akan mencampuri isteriku pada malam hari ini. (no. 5242).
[3] HR. Al-Bukhari dalam kitab: Kafarat Sumpah, bab: Pengecualian dalam Sumpah, (no. 6720).
[4] HR. Muslim dalam syarah-nya karya Imam an-Nawawi –rahimahullaahu ta’ala-, dalam kitab: Jihad, bab: Celaan bagi orang yang mati dan belum pernah berperang dan tidak terdetik dalam dirinya untuk berperang, (no. 4908) dan Abu Dawud dalam kitab: Jihad, bab: Larangan Meninggalkan Perang, (no. 2502).
[5] HR. al-Bukhari, dalam kitab: Shalat, bab: Menghadap ke arah kiblat dalam ketika (sujud), (no. 401), dan Muslim dalam syarah-nya karya Imam an-Nawawi t, dalam kitab: Masjid dan Tempat-Tempat Shalat, bab: Lupa Dalam Shalat dan Mengerjakan Sujud, (no. 1274).
 

Animasi

Support : Creating Website | Arief Machel | Mas Arief
Copyright © 2011. . - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by arief machel